Kamis, 01 Maret 2012

Drama Pagi Bening

Pagi Bening
   Adegan pertama       
            Di pagi hari yang cerah, anak-anak SMAN 43 Bandung gempar karena ulah dua anak yang sudah terkenal dengan kenakalannya, tidak lain lagi mereka adalah Akbar dan Aldo yang sedang berkejar-kejaran dengan guru wakil kesiswaan karena mereka tidak tertib pada saat upacara.
Pak Burhan: ”Hei, kalian berhenti jangan lari, Akbaaaaaar..! Berhenti kalian berdua!”(dengan berlari sekencang mungkin dengan membawa sapu).
Akbar          : ”Hoi... Aldo buruan lari, ngapain juga dengerin bapak itu, cepaaaaat lari!!” (dengan wajah acuh tak acuh terhadap Bapak Burhan)
Aldo            : “Iya, Bar tunggu akulah, sabar.”
Akbar          : “Cepaaat …, loncat pagar”(meloncat pagar dengan gesit)
Aldo            : (Dengan tergesa-gesa sambil melemparkan tas                      punggungnya keluar pagar) “Ambil tasku Bar!!!” (seru Aldo)
Akbar          : “Cepat Doo, entar Bapak itu ngejer kita lagi!” (dengan yang agak gugup)
Aldo            : “Huuuu haa hu ha hu haaa huu …, capek Bar aku, lari-lari gitu. Istirahat dulu ya?” (seru Aldo dengan wajah yang penuh berkeringatan)
Akbar          : “Aaah apaan kamu ni, tidak ada waktu untuk kita                 beristirahat” (memegang tangan Aldo sambil berlari)
Aldo   : “Akbar, sabaaaar …!” (mengikuti Akbar dari belakang)
Adegan kedua
            Sampailah mereka di suatu taman yang hening dan sepi. Hanya suara burung merpati yang terdengar. Di setiap bangku-bangku taman tidak ada satu pun yang terisi kecuali di sudut taman terlihat anak gadis remaja kira-kira berusia 14 tahun.
Aldo   : “Haaa capek banget tau gak lari tu.” (dengan wajah yang             cemberut)
Akbar: “Iyalah capek, kata siapa gak??” (menengok ke arah salah satu
              anak gadis yang sedang menulis-nulis sesuatu  di tanah)
Aldo  : ”Beli minum dulu, yuk!” (mengipas-ngipas wajah dengan             tangannya)
Akbar: (Tidak menjawab)
Aldo   : “Eeeh, jawab ayok beli minum, capek haus ini!!”
Akbar: “Diam dululah, itu kamu liat!!!” (menunjuk anak yang sedang   menulis di atas tanah)
Aldo   : “Yang mana sih?” (menengok-nengok ke kanan ke kiri)
Akbar: “Ituuu yang lagi nulis-nulis di tanah!!” (sambil menunjuk             seorang gadis tersebut)
Aldo   : “Ooh, emang kenapa dengan anak itu? kamu suka?”       (menggaruk-garuk kepala)
Akbar : “apaan sih,” (berjalan menghampiri anak   tersebut)
Aldo   : “Eh, tunggu dulu. mau ke mana sih? Masih capek tau gak           (sambil mengikuti Akbar dari belakang )
Akbar   : “(Duduk di sebelah Endang dengan memperhatikan kedua anak gadis tersebut )”
Aldo     : “Ngapain kita di sini?” (masih tetap berdiri di samping   Akbar)
Akbar   : “Kalian siapa?kenapa ada di sini? Bukannya kalian                   sekolah?” (merasa bingung dengan keadaan)
Aldo     : “Banyak tanya banget sih kamu ni?”
Endang: (Melihat ke arah Aldo dan Akbar tanpa menjawab apa   pun.)
Akbar   : “Kalian siapa sih? Kenapa ada di sini?” (masih tetap     memandang kedua anak tersebut)
Aldo     : “Kamu lagi gambar apaan?? Serius amat sih hehehe ….” (sambil ketawa melihat gambar yang digambar oleh Lastri)
Akbar   : “Emang dia gambar apaan?? (menengok kearah Lastri)
Aldo     : “Hehehe lucu ya gambarannya, gambar kucing” (masih       tetap ketawa dengan girangnya)
Lastri   : “Kalian ini siapa ? Datang-datang menggangu, mengejek         orang lagi” (dengan wajah yang merah karena kekesalan)
Endang: “Sudah Tri sudah, jangan marah ah” (mengelus-ngelus           punggung Lastri untuk meredamkan amarahnya)
Aldo     : “Lho, kenapa kamu marah??” (dengan sikap yang aneh  dan bingung)
Akbar   : “Eh, kenapa kamu? kenapa marah dengan temanku?”               (menatap Lastri)
Lastri   : “Kenapa kamu mengejek gambaranku?” (sambil melihat           Aldo)
Aldo     : “Itu gambaran kucing kan??” (sambil tersenyum tersipu-sipu)
Lastri   : “Bukaaan, ini gambar kupu-kupu” (dengan menunjuk-nunjuk gambarannya)
            Aldo dan Endang pun merasa aneh melihat mereka berdua bertengkar tanpa sebab, Endang merasa aneh mengapa tiba-tiba ada dua orang lelaki menghampiri mereka .
Aldo     : “Aaah, itu mah kucing ada kakinya empat!” (tertawa terbahak-bahak)
Endang: “Kalian berdua ini siapa? (dengan wajah penasaran)
Akbar   : “Aku Akbar dan dia Aldo!” (sambil menunjuk Aldo)
Aldo     : “Iya, kami berdua adalah teman” (sambil tersenyum)
        Endang: “Lalu kalian kenapa ada di sini, pakai seragam sekolah pula, bukannya ini masih jam belajar?”
        Lastri   : “Iya, kalian siapa, kenapa menganggu kami berdua??”(dengan wajah yang bertanya-tanya)
Akbar   : “Kami berdua kabur dari sekolah karena membuat onar, tadi juga kami dikejar-kejar oleh pak guru.”
Aldo     : “Iya, itu juga oleh ini ni sih Akbar” (dengan menunjuk wajah Akbar)
Akbar   : “Diaam!!” (menginjak kaki Aldo)
Lastri    : “Lalu, kalian kabur ke sini, dan gak sekolah?”
Aldo      : “Iya, kalian juga bolos sekolah kan?” (dengan melihat arah Endang dan Lastri)
Lastri    : “Sembarangan kamu bilang orang bolos!” (dengan wajah marah)
Endang: “Tidak, kami tidak bolos” (dengan wajah yang meyakinkan)
Akbar   : “Lalu, kenapa kalian ada di sini, seharusnya kan kalian              berada di sekolah?” (dengan wajah yang bertanya-tanya)
Lastri   : “Mau tau aja urusan orang?”
Akbar   : “Kami kan sekedar nanya, salah apa?”
Endang: “Kami tidak sekolah lagi” (sambil menundukkan kepalanya)
Lastri   : “(Dengan wajah yang memelas) iya, kami berada di sini             karena kami tidak melanjuti sekolah.”
Akbar   : “Kenapa?” (masih saja dengan wajah yang bertanya-tanya)
Aldo     : “Hem, pulang yuk panas, ngapain juga nanya-nanya yang tidak penting dengan mereka!” (dengan rasa acuh tak acuh)
Akbar   : “Diam dululah kamu ni, dengerin mereka berdua!!(melihat ke arah Endang)
Lastri   : “Kami ingin melanjutkan sekolah tetapi karena keadaan perekonomian keluarga, kami tidak bisa seperti kalian bersekolah setiap hari” (masih dengan wajah yang memelas)
Aldo     : “Kasian ya? (dengan melihat wajah Akbar)
Akbar   : “Iya, sedangkan kita masih sempat-sempatnya bolos dan         bikin onar disekolah!! (dengan wajah yang menunduk)
Aldo     : “Iya, keluarga kita bercukupan, kedua orang tua kita mampu menyekolahkan kita, tetapi kita malah menyia-nyiakan kesempatan” (dengan menarik nafas panjang)
Akbar   : “Kalian ingin sekolah?” (dengan memandang Endang dan Lastri)
Endang: “Iya”
Lastri   : “(Menarik nafas panjang) iya, begitulah tetapi karena      perekonomilah kami jadi begini!”
Aldo     : “Sesal dalam benakku!!” (menghela nafas)
Akbar   : “Iya, aku pun begitu, kita seharusnya memanfaatkan                 kesempatan ini” (dengan wajah yang menyesal)
       Endang: “Jadi bersyukurlah kalian karena punya kesempatan untuk sekolah” (memandang wajah Aldo dan Akbar)
      Akbar    : “Iya, aku juga mau merubah sikap burukku selama ini”              (dengan wajah yang menyakinkan)
     Aldo      : “Aku pun juga ingin berubah sikap burukku selama ini, aku ingin memberi yang terbaik untuk kedua orang tuaku”   (senyum dengan manisnya)
Lastri    : “Bagus, gapai cita-cita kalian setinggi langit” (senyum              manis kepada Aldo dan Akbar)
Endang: “Semangat !!! “ (dengan wajah yang membara semangat)
            Aldo, Akbar, dan Lastri pun tersenyum melihat tingkah Endang yang tersenyum-senyum. Matahari pun semakin meninggi menuju ke singgasanaannya yang seutuhnya, memberi pertanda hari pun semakin siang. Keempat anak tersebut masih asyiknya mengobrol dengan saling berbagi cerita .

0 komentar:

Posting Komentar